Rabu, 23 Maret 2022

Anarbuka Kukuh Prabawa - Laras Madya's Resistance to the Mass Cultural Hegemony and Its Impact on Traditional Societies' Habitus

Anarbuka Kukuh Prabawa - Laras Madya's Resistance to the Mass Cultural Hegemony and Its Impact on Traditional Societies' Habitus

 

 Page Header

Prabawa, Anarbuka Kukuh

Laras Madya's Resistance to the Mass Cultural Hegemony and Its Impact on Traditional Societies' Habitus


  Anarbuka Kukuh Prabawa,   Kun Setyaning Astuti
Volume 9,Issue 9, September 2021 - Articles

Abstract

The problem in this study reviews the efforts of the survival and resistance of LarasMadya against the domination of cultural hegemony that is popular in the wider community. Considering that art LarasMadya is one of the cultural heritage products in the form of a traditional musical ensemble that still survives in the community and is the foundation of the existence of folk culture, it is necessary to maintain and develop it. This study will discuss in more depth the community's resistance efforts in maintaining LarasMadya in the millennial era amid the domination of the cultural hegemony that continues to attack. The resistance, of course, can’t be separated from the habitus of the environment in it. The study approach method in this paper is interdisciplinary, or uses more than one disciplines. In detail, this study uses the disciplines of Sociology and Anthropology to focus on the concept of resistance by James Scott to analyze his efforts to survive (resistance). Meanwhile, to study the habits of the community, using the discipline of cultural studies, the habitus theory of Pierre Bourdieu. This study resulted in findings about the influence of LarasMadyaon the habits inherent in traditional community groups. As for the influence on the habits of traditional communities, namely orienting the values of Laras Madya as a reflection of life. Meanwhile, resistance to LarasMadya can also be observed in two forms of resistance, namely open and closed resistance. Consciously or not, very hard efforts are being made to survive and fight the domination of the cultural hegemony of the masses. 

Full text PDF ; http://www.internationaljournalcorner.com/index.php/theijhss/article/view/166441

Senin, 31 Januari 2022

Anarbuka Kukuh Prabawa - Orientasi Istilah-Istilah Dalam Pembelajaran Seni Karawitan Jawa Melalui Aspek Psikologi Kognitif

 


INDONESIAN JOURNAL of Performing Arts Education

Available online at http://journal.isi.ac.id/index.php/IJOPAED 

DOI suffix at https://doi.org/10.24821/ijopaed

5

Volume 2

Nomor 1

Januari 2022

p-ISSN: 2807-3819

e-ISSN: 2775-0884 

Abstrak

Karawitan Jawa sebagai identitas musik tradisi Jawa hingga saat ini masih bertahan eksistensinya. Tidak lain karena karawitan telah dianggap oleh masyarakatnya sebagai bagian dari tradisinya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berlaku bagi orang awam yang belum terbiasa mendengar gamelan, sehingga letak probematikanya disini adalah pada konteks pembelajaran karawitan, bahwa khusus bagi siswa awam sangat sulit memahaminya. Terutama apabila dikaitkan dengan istilah-istilah dasar yang termuat di dalam Seni Karawitan. Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan solusi akan problematika tersebut. Upaya yang dilakukan yakni memanfaatkan kreativitas guru untuk memberikan stimulus melalui aspek psikologi kognitif siswa. Seperti kajian ini, yakni melalui aspek kebahasaan atau istilah-istilah dalam karawitan, melalui stimulus tersebut akan melahirkan perilaku musikal. Kajian ini menyimpulkan bahwa dengan timbulnya mental response dari aspek kognitif siswa, maka akan mendorong siswa untuk melahirkan antusisasme berbentuk behavioral response, terutama dalam memaknai dan merepresentasikan nilai-nilai filosofis, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai positif lain yang terkandung dalam seni karawitan Jawa.

Kata kunci

orientasi istilah; psikologi kognitif; pembelajaran karawitan; karawitan Jawa.



Full PDF:https://journal.isi.ac.id/index.php/IJOPAED/article/view/6109 

Kamis, 02 Desember 2021

Anarbuka Kukuh Prabawa - "Wayang Cengkir Tingkeban”꧋ꦮꦪꦁꦕꦼꦁꦏꦶꦂꦠꦶꦁꦏꦼꦧꦤ꧀꧉

"Wayang Cengkir Tingkeban”

꧋ꦮꦪꦁꦕꦼꦁꦏꦶꦂꦠꦶꦁꦏꦼꦧꦤ꧀꧉


Lukisan Wayang Tokoh Bathara Kamajaya dalam Cengkir
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021)

Pengertian Cengkir dan Tingkeban

Cengkir adalah buah kelapa yang masih sangat muda, berusia setelah Manggar namun sebelum menjadi Degan (Kelapa Muda). Sementara Tingkeban adalah upacara tradisi Jawa untuk memanjatkan doa memperingati 7 bulan usia kehamilan seorang wanita atau lebih lazim disebut upacara “Mitoni”Mitoni berasal dari kata dalam bahasa Jawa yaitu “Pitu” yang berarti tujuh, artinya upacara Mitoni dilakukan untuk menandai usia kehamilan tujuh bulan. Hubungan antara Cengkir >< Tingkeban : Cengkir sebagai salah satu syarat wajib dalam upacara Tingkeban/Mitoni. 

Lukisan Wayang Tokoh Bathari Kamaratih dalam Cengkir
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021)

Filosofi Cengkir 

Filosofi orang Jawa meyakini bahwa cengkir apabila dilihat secara kerata basa/Jarwo dhosok  memiliki makna filosofi “Kencenge Pikir” atau dapat diinterpretasikan sebagai upaya meluruskan pikiran, mengkonsentrasikan harapan, meyakini sebuah tujuan, membulatkan tekad.

Tujuan apa yang diyakini dan diharapkan dalam upacara Tingkeban/Mitoni?  

Jawab: Harapan terhadap calon buah hati pertama yang dikandung oleh seorang ibu yang nantinya memiliki karakter atau watak yang dapat seperti sosok karakter wayang yang digambarkan dalam cengkir kelapa tersebut.  


Simbolisasi Karakter Wayang dalam Cengkir

Simbolisasi pemaknaan karakter wayang pada Cengkir yang digunakan dalam upacara Tingkeban /Mitoni :

Terdapat 2 buah cengkir yang dilukis 2 tokoh wayang pada masing-masing cengkir, satu tokoh pria, satunya lagi tokoh wanita, dan yang diutamakan sosok pasangan dalam pewayangan yang menjadi simbol kesetiaan. 

Contoh:

Bathara Kamajaya >< Batahri Kamaratih

Raden Arjuna >< Dewi Sembadra

Prabu Rama Wijaya >< Dewi Shinta


Prosesi dan Tujuan Tingkeban

Prosesinya : Apabila nantinya saat cengkir dibelah oleh sang calon ayah cengkir terbelah langsung menjadi dua bagian, berarti calon anaknya nanti akan berjenis kelamin laki-laki, Begitupun sebaliknya apabila cengkir dibelah hanya pecah sebagian dan tidak terbelah, bayi yang dikandung akan lahir perempuan.

Tujuan & Harapannya: Apabila nantinya terlahir Laki-laki semoga menjadi anak layaknya seperti tokoh; Kamajaya, Arjuna ataupun Rama Wijaya, dsb. Kalau terlahir perempuan semoga menjadi anak layaknya seperti tokoh ;Kamaratih, Sembadra, Shinta dsb.


Langkah Pembuatan Wayang pada Cengkir

Pertama :

Siapkan Cengkir yang masih muda, kalau bisa usahakan cengkir gading (cengkir yang kekuningan), alasannya karena apabila menggunakan cengkir gading, saat proses pelukisannya teksturnya lebih lunak, dapat membeli di pasar ataupun langsung mencari di pohon kalau memang ada  



Proses pencarian dan pemetikan cengkir gading
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021).


Kedua :

Setelah cengkir telah selesai dipetik ataupun di dapat, selanjutnya mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk menggambar / melukis wayang pada cengkir . Alatnya berupa, antara lain; Jarum Karung, Tusuk Konde, ataupun yang lainnya.      



Alat untuk melukis Cengkir, yaitu Tusuk Konde dan Jarum Karung
(Doc.Kukuh Prabawa, 2021).
 

Ketiga :

Mulai melakukan proses pelukisan atau menggambar pada media cengkir, boleh menggunakan teknik manual, melukis tanpa template, boleh menggunakan jiplak'an atau istilahnya nge’blak gambar tokoh wayang yang akan dilukis.  
      

 
 

 
 
 
 

 

Kesimpulan

Lukisan wayang dalam Cengkir kelapa di upacara Tingkeban/Mitoni merupakan suatu produk budaya yang harus wajib dilestarikan seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, perlunya generasi muda saat ini untuk menjaga eksistensi produk-produk tradisi untuk senantiasa dielaboraasikan dengan kecanggihan teknologi, seperti publikasi melalui konten media sosial agar nantinya produk-produk seni tradisi dapat terkemas dengan baik dan utamanya generasi milenial setidaknya sedikit-sedkiti paham mengenai wayang meskipun hanya sekedar melalui media sosial. Dengan demikian Wayang akan selalu lestari Tansah Ngrembaka sarta  Kuncara Hanjayeng Bawana