Kamis, 02 Desember 2021

Anarbuka Kukuh Prabawa - "Wayang Cengkir Tingkeban”꧋ꦮꦪꦁꦕꦼꦁꦏꦶꦂꦠꦶꦁꦏꦼꦧꦤ꧀꧉

"Wayang Cengkir Tingkeban”

꧋ꦮꦪꦁꦕꦼꦁꦏꦶꦂꦠꦶꦁꦏꦼꦧꦤ꧀꧉


Lukisan Wayang Tokoh Bathara Kamajaya dalam Cengkir
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021)

Pengertian Cengkir dan Tingkeban

Cengkir adalah buah kelapa yang masih sangat muda, berusia setelah Manggar namun sebelum menjadi Degan (Kelapa Muda). Sementara Tingkeban adalah upacara tradisi Jawa untuk memanjatkan doa memperingati 7 bulan usia kehamilan seorang wanita atau lebih lazim disebut upacara “Mitoni”Mitoni berasal dari kata dalam bahasa Jawa yaitu “Pitu” yang berarti tujuh, artinya upacara Mitoni dilakukan untuk menandai usia kehamilan tujuh bulan. Hubungan antara Cengkir >< Tingkeban : Cengkir sebagai salah satu syarat wajib dalam upacara Tingkeban/Mitoni. 

Lukisan Wayang Tokoh Bathari Kamaratih dalam Cengkir
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021)

Filosofi Cengkir 

Filosofi orang Jawa meyakini bahwa cengkir apabila dilihat secara kerata basa/Jarwo dhosok  memiliki makna filosofi “Kencenge Pikir” atau dapat diinterpretasikan sebagai upaya meluruskan pikiran, mengkonsentrasikan harapan, meyakini sebuah tujuan, membulatkan tekad.

Tujuan apa yang diyakini dan diharapkan dalam upacara Tingkeban/Mitoni?  

Jawab: Harapan terhadap calon buah hati pertama yang dikandung oleh seorang ibu yang nantinya memiliki karakter atau watak yang dapat seperti sosok karakter wayang yang digambarkan dalam cengkir kelapa tersebut.  


Simbolisasi Karakter Wayang dalam Cengkir

Simbolisasi pemaknaan karakter wayang pada Cengkir yang digunakan dalam upacara Tingkeban /Mitoni :

Terdapat 2 buah cengkir yang dilukis 2 tokoh wayang pada masing-masing cengkir, satu tokoh pria, satunya lagi tokoh wanita, dan yang diutamakan sosok pasangan dalam pewayangan yang menjadi simbol kesetiaan. 

Contoh:

Bathara Kamajaya >< Batahri Kamaratih

Raden Arjuna >< Dewi Sembadra

Prabu Rama Wijaya >< Dewi Shinta


Prosesi dan Tujuan Tingkeban

Prosesinya : Apabila nantinya saat cengkir dibelah oleh sang calon ayah cengkir terbelah langsung menjadi dua bagian, berarti calon anaknya nanti akan berjenis kelamin laki-laki, Begitupun sebaliknya apabila cengkir dibelah hanya pecah sebagian dan tidak terbelah, bayi yang dikandung akan lahir perempuan.

Tujuan & Harapannya: Apabila nantinya terlahir Laki-laki semoga menjadi anak layaknya seperti tokoh; Kamajaya, Arjuna ataupun Rama Wijaya, dsb. Kalau terlahir perempuan semoga menjadi anak layaknya seperti tokoh ;Kamaratih, Sembadra, Shinta dsb.


Langkah Pembuatan Wayang pada Cengkir

Pertama :

Siapkan Cengkir yang masih muda, kalau bisa usahakan cengkir gading (cengkir yang kekuningan), alasannya karena apabila menggunakan cengkir gading, saat proses pelukisannya teksturnya lebih lunak, dapat membeli di pasar ataupun langsung mencari di pohon kalau memang ada  



Proses pencarian dan pemetikan cengkir gading
(Doc. Kukuh Prabawa, 2021).


Kedua :

Setelah cengkir telah selesai dipetik ataupun di dapat, selanjutnya mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk menggambar / melukis wayang pada cengkir . Alatnya berupa, antara lain; Jarum Karung, Tusuk Konde, ataupun yang lainnya.      



Alat untuk melukis Cengkir, yaitu Tusuk Konde dan Jarum Karung
(Doc.Kukuh Prabawa, 2021).
 

Ketiga :

Mulai melakukan proses pelukisan atau menggambar pada media cengkir, boleh menggunakan teknik manual, melukis tanpa template, boleh menggunakan jiplak'an atau istilahnya nge’blak gambar tokoh wayang yang akan dilukis.  
      

 
 

 
 
 
 

 

Kesimpulan

Lukisan wayang dalam Cengkir kelapa di upacara Tingkeban/Mitoni merupakan suatu produk budaya yang harus wajib dilestarikan seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, perlunya generasi muda saat ini untuk menjaga eksistensi produk-produk tradisi untuk senantiasa dielaboraasikan dengan kecanggihan teknologi, seperti publikasi melalui konten media sosial agar nantinya produk-produk seni tradisi dapat terkemas dengan baik dan utamanya generasi milenial setidaknya sedikit-sedkiti paham mengenai wayang meskipun hanya sekedar melalui media sosial. Dengan demikian Wayang akan selalu lestari Tansah Ngrembaka sarta  Kuncara Hanjayeng Bawana   







Previous Post
Next Post

Saya seorang seniman, pelaku budaya serta akademisi dalam ranah pendidikan seni.

0 komentar: